Betapa malang nasib bangsa ini, hampir disetiap penghujung tahun menjadi kado istimewa bagi masyarakat menyambut tahun baru. Kerugian materi hingga nyawa pun menjadi taruhannya. Hanya kesabaran dalam menahan derita dan kekuatan lahir batin untuk bangkit. Sumber kekuatan ini berawal dari sebuah keyakinan bahwa sebenarnya Tuhan sedang menguji ketaqwaan ummatnya. Namun ujian ini tidak hanya diperuntukan bagi para korban, namun pada ummatNya yang dilimpahkanNya nikamt hidup tanpa kerugian akibat banjir. Musibah demi musibah telah berhasil mengajarkan masyarakat untuk berempaty dan mengulurkan bantuannya pada korban bencana melalui cara yang beragam. Terbukti pada bencana tsunami aceh. Pada saat itu, berbagai media menayangkan betapa tragis nasib korban. Tak selang hari, berbagai lembaga di negeri ini merespon dengan penggalangan dana. Terkumpulah dana maupun bermacam bantuan materi dalam jumlah besar hanya dalam hitungan minggu. Namun, tidak hanya kendala transportasi saja yang menjadi hambatan, tapi juga sistem pengelolaan distribusi bantuan yang tidak tertata dengan baik sehingga tidak tepat sasaran. Pembelajaran berikutnya adalan gempa jogja pada 27 mei 2005. Berkat perbaikan sistem pengelolaan maka empaty besar dari masyarakat yang diwujudkan berupa bantuan materi serta tenaga, dapat tersalurkan dengan lebih baik. Dengan kesadaran tinggi dari masyarakat untuk membatu korban, ternyata membawa dampak negatif pada para korban. Dari beberapa wawancara di banyak media televisi tentang kondisi para korban disimpulkan adanya ketergantungan pada pihak donatur terutama pemerintah dalam mengatasi penderitaan. Dalam hal ini benar jika pemerintah berkewajiban penuh. Namun, bila hal itu menjadi alasan masyarakat untuk menggunakan seminimal mungkin usaha mereka dalam pemulihan kondisi, maka akan memunculkan konflik baru. Dan apabila ketergantungan penuh menunggu uluran tangan para donatur, maka dimanakah nilai keberhasilan atas ujian apabila diukur melalui kekuatan ummat dalam berusaha bangkit dari penderitaan?bukankah manusia wajib berusaha yang berujung pada tawakal?. Ditambah lagi banyak penyelewengan bantuan tersebut hingga salah sasaran. Maka dari itu perlu adanya kerjasama dan pembacaan yang cermat untuk mendukung tersusunnya sistem pendistribusian yang rapi dan adil. Dengan pembacaan yang cermat, para donatur dapat pula menentukan jenis bantuan yang sekiranya efektif dan tepat guna bagi para korban. Dengan demikian terbuka kemungkinan musibah ini berubah menjadi berkah untuk sebuah kesadaran akan kehidupan bersama.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar