Tahun baru datang,,,

Perayaan tahun baru tak lepas dari kegembiraan yang tergambar pada pesta dan hura-hura. Bahkan hal ini menjadi komoditas tayangan yang laris manis bagi industri telekomunikasi terutama pertelevisian. Ritual tersebut menjadi jawaban bagi masing-masing orang untuk mendramatisasi sebuah momen pergantian tahun yang special. Namun kali ini, sudah sepatutnya masyarakat indonesia untuk mencari alternatif perayaan selain pesta dan hura-hura. Berkaca pada kondisi bangsa ini dari bulan ke bulan, musibah bencana alam menjadi kisah sedih yang terlaris. Tersebutlah banjir menjadi tamu istimewa yang menggenangi hampir seluruh pelosok negeri. Dalam hitungan detik, Indonesia bukan lagi hijau dengan pesrsawahannya, tapi cokelat dengan genangan air bercampur lumpur dimana-mana. Memang benar kita tidak harus meratapinya dan tenggelam pada perayaan dengan tangis penyesalan saja. Namun, mengapa tidak kita ucap syukur dipergantian tahun ini atas sebuah kesadaran bahwa kita masih diberi kesempatan untuk menikmati alam semesta. Ada peristiwa yang menarik sebagai pengantar pertemuan dengan tahun yang baru, Idul Adha. Sakralitas dari momentum ini dapat menjadi motivator bagi umat islam untuk segera bangkit dari keterpurukan. Tentu saja tidak cukup dengan semangat saja, melainkan dengan bermacam program yang terencana dan masif. Pesan yang tersimpan dari hikmah cerita nabi Ibrahim yang akan menyembelih anaknya sendiri, sebagai simbol dari sebuah pengorbanan atas cintanya yang teramat besar pada Allah swt, segera berubah menjadi seekor domba adalah kesanggupan manusia merelakan segala hal yang ia senangi demi perwujudan cinta pada sang khalik. Namun, meneropong proses dibagikannya hasil qurban adalah sebuah gerakan menepis kesenjangan. Fungsi keadilan sosial menjadi poin utama. Dengan demikian spirit idul adha dapat dimaknai sebagai pendorong kesadaran untuk rela berkorban dalam sebuah gerakan sosial demi tercapainya sebuah tatanan yang Dia ridlai. met tahun baru..Indonesia!